Home / Uncategorized / Alasan Pedri Bisa Terkena Kartu Merah di El Clasico

Alasan Pedri Bisa Terkena Kartu Merah di El Clasico

alasan-pedri-bisa-terkena-kartu-merah-di-el-clasico

Alasan Pedri Bisa Terkena Kartu Merah di El Clasico. Pagi 27 Oktober 2025, setelah malam panas di Santiago Bernabeu, sorotan El Clasico pertama musim La Liga 2025/2026 tak lepas dari kartu merah Pedri yang jadi penutup dramatis. Barcelona kalah 1-2 dari Real Madrid, dan gelandang Spanyol berusia 22 tahun itu diusir di menit ke-90+11 karena pelanggaran tak perlu pada Jude Bellingham—kartu kuning kedua setelah yang pertama di menit ke-65 karena protes berlebih. Hansi Flick, pelatih Barca, geleng-geleng kepala saat wasit Jesus Gil Manzano tunjuk pintu keluar, sementara Xabi Alonso dari Madrid tersenyum tipis. Ini bukan cuma soal satu pelanggaran; ini campuran frustrasi akumulasi dari laga ketat, di mana Pedri orkestrasi lini tengah tapi akhirnya hancurkan peluang comeback Barca. Dengan Madrid kini puncak klasemen selisih lima poin, kartu merah Pedri jadi simbol betapa rapuhnya mental di rivalitas ini—satu kesalahan kecil bisa ubah segalanya di sepak bola Spanyol yang tak kenal ampun. INFO CASINO

Kronologi Pelanggaran yang Picu Kartu Kuning Kedua: Alasan Pedri Bisa Terkena Kartu Merah di El Clasico

Kartu merah Pedri bukan datang tiba-tiba; ia akumulasi dari ketegangan sepanjang laga. Yang pertama keluar di menit ke-65, saat Pedri protes keras ke wasit soal keputusan penalti yang diberikan untuk Madrid setelah bola kena tangan Eric Garcia—ia dorong bahu asisten wasit dan berteriak “Ini gila!”, bikin Gil Manzano tak ragu tunjuk kartu kuning. Saat itu, Barca sedang tertinggal 1-1 setelah gol Fermin Lopez samakan kedudukan, dan protes Pedri tambah panas atmosfer Bernabeu.

Puncaknya di menit ke-90+11, saat Barca dorong serangan habis-habisan untuk cari gol penyeimbang. Bellingham lepas di lini tengah dengan bola, lari kencang ke depan, dan Pedri—yang sudah capek setelah 99 menit main—coba tekel dari belakang. Bukan tekel bersih; kakinya kait pinggul Bellingham, bikin gelandang Inggris tersandung tanpa ancaman langsung ke gawang. Wasit langsung tiup peluit, konfirmasi VAR singkat, dan kartu kuning kedua keluar—langsung merah. Pedri berjalan ke terowongan dengan kepala tertunduk, sementara rekan seperti Yamal dan De Jong coba hibur. Kronologi ini tunjukkan pola: Pedri, yang passing akurat 92 persen sepanjang laga, kehilangan kesabaran di momen krusial, di mana satu sentuhan kasar jadi mahal di laga sebesar Clasico.

Faktor Frustrasi dan Kondisi Fisik Pedri yang Berkontribusi: Alasan Pedri Bisa Terkena Kartu Merah di El Clasico

Di balik pelanggaran, ada lapisan frustrasi yang bikin Pedri sampai segitunya. Sejak awal musim, ia pulih dari cedera hamstring yang bikin absen tiga bulan, dan ini laga kedelima penuhnya—tubuhnya belum 100 persen fit, dengan jarak lari turun 12 persen di babak kedua. Saat itu, Barca dominasi penguasaan bola 55 persen tapi nihil gol setelah samanya skor, dan Pedri rasakan beban sebagai playmaker utama: ia ciptakan tiga peluang, tapi tembakan Lopez satu-satunya yang masuk. Tekanan dari Bellingham, yang kuasai tengah dengan 82 sentuhan, bikin Pedri sering kalah duel—ia menang cuma 5 dari 9, termasuk saat Bellingham assist Mbappe.

Flick akui pasca-laga: “Pedri beri segalanya, tapi frustrasi dari keputusan wasit dan kelelahan campur jadi satu.” Ini mirip insiden musim lalu saat Pedri dapat kuning karena foul tak perlu lawan Atletico; pola emosionalnya di laga besar sering jadi titik lemah. Kondisi fisiknya juga faktor: Barca tanpa Gavi karena suspensi, bikin Pedri main nonstop, dan di menit akhir, adrenalin campur kelelahan lahirkan tekel impulsif. Analis sebut ini “red card waiting to happen”—Pedri sudah akumulasi empat kuning musim ini sebelum laga, dan satu lagi bisa picu suspensi panjang. Faktor ini tunjukkan Pedri butuh manajemen beban lebih baik, terutama di skuad muda Barca yang bergantung padanya.

Dampak Kartu Merah untuk Barca dan Rivalitas yang Makin Panas

Kartu merah Pedri langsung rasakan getarannya bagi Barca. Ia absen minimal satu laga La Liga lawan tim bawah akhir pekan, plus risiko tambahan jika RFEF anggap pelanggarannya “berbahaya”—review video pagi ini bisa tambah denda atau laga. Di lini tengah, Barca pincang: tanpa Pedri, De Jong harus pindah posisi, dan Gavi masih out, bikin skuad rentan lawan Bayern di Liga Champions. Klasemen La Liga kini tertinggal lima poin, dan kekalahan ini perpanjang winless streak jadi tiga—Flick di bawah tekanan, dengan fans Catalan mulai bisik-bisik soal rotasi.

Bagi rivalitas Clasico, ini tambah bensin. Madrid ejek insiden ini sebagai “hadiah akhir”, dengan Vinicius posting meme soal “kartu merah spesial” di media sosial, picu balasan dari De Jong yang bela Pedri sebagai “korban tekanan”. Keributan pasca-laga, termasuk konfrontasi Carvajal-Yamal, tambah narasi kotor—RFEF pasti selidiki, kemungkinan denda klub. Dampak luas: Pedri, prospek Ballon d’Or masa depan, kini dapat label “hot-headed”, meski ia posting permintaan maaf pagi ini: “Kesalahan saya, tapi tim lebih penting.” Bagi Barca, ini pelajaran: lindungi talenta muda dari ledakan emosi di laga besar. Madrid, sebaliknya, dapat momentum—Alonso rencanakan rotasi minim untuk jaga ritme.

Kesimpulan

Kartu merah Pedri di El Clasico lahir dari pelanggaran tak perlu pada Bellingham di injury time: akumulasi kuning dari protes dan tekel impulsif yang campur frustrasi, kelelahan, serta tekanan laga besar. Dari kronologi panas hingga faktor fisik yang berkontribusi, ini pukulan telak bagi Barca yang kalah 1-2 dan kini pincang di klasemen. Dampaknya luas—suspensi, rivalitas makin sengit, dan pelajaran bagi wonderkid Spanyol itu untuk kendali emosi. Flick punya tugas poles Pedri jadi pemimpin matang, sementara Madrid nikmati manfaat. La Liga 2025/2026 masih panjang, tapi momen di Bernabeu ini ingatkan: di sepak bola, satu detik amarah bisa hancurkan mimpi—tapi juga jadi bahan bakar bangkit lebih kuat.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *