Safee Sali Peringatkan Malaysia Awan mendung kembali menyelimuti sepak bola Malaysia. Di tengah upaya keras Harimau Malaya untuk bangkit dan bersaing di level Asia, kabar buruk datang dari markas besar FIFA di Zurich. Federasi Sepak Bola Internasional tersebut secara resmi menjatuhkan hukuman tambahan kepada Timnas Malaysia akibat insiden indisipliner yang terjadi dalam laga internasional baru-baru ini.
Hukuman ini memantik reaksi keras dari berbagai pihak, tak terkecuali dari legenda hidup sepak bola Malaysia, Safee Sali. Mantan striker tajam yang pernah menjadi mimpi buruk bagi pertahanan tim-tim ASEAN—termasuk Indonesia—ini angkat bicara dengan nada prihatin namun tegas. Safee, yang dikenal dengan profesionalisme tinggi selama kariernya, mengirimkan pesan menohok kepada para juniornya dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola Malaysia: “Cukup sudah, jangan diulangi lagi!”
Kekecewaan Sang Legenda
Safee Sali tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media lokal, ia menyebut bahwa sanksi tambahan dari FIFA ini adalah “tamparan keras” yang memalukan bagi citra sepak bola negara. Bagi Safee, mengenakan jersi tim nasional bukan sekadar soal bermain bola, tetapi soal membawa marwah bangsa.
“Kita sudah melangkah jauh dalam hal teknis, tapi mundur dalam hal disiplin,” ujar Safee. Ia menyoroti bahwa insiden-insiden yang memicu hukuman FIFA—baik itu perilaku pemain di lapangan yang tidak sportif maupun kericuhan yang melibatkan suporter—seharusnya sudah tidak terjadi di era sepak bola modern. Safee mengingatkan bahwa di level internasional, mata dunia tertuju pada mereka. Perilaku buruk tidak hanya merugikan tim secara skor atau denda, tetapi juga menghancurkan respek lawan terhadap Malaysia.
Detail Sanksi dan Dampak Kerugian
Meskipun detail spesifik insiden pemicu sanksi ini bervariasi dalam laporan, hukuman tambahan dari FIFA biasanya berkaitan dengan pelanggaran berulang (repeat offense). Ini bisa berupa denda finansial yang lebih besar, larangan bermain bagi individu tertentu, atau yang paling parah: pertandingan tanpa penonton (match behind closed doors).
Safee menekankan betapa ruginya Timnas Malaysia jika harus bermain tanpa dukungan “Ekor Harimau Sejati” (suporter setia Malaysia) di stadion. Atmosfer Stadion Bukit Jalil yang angker adalah salah satu senjata utama Malaysia. Jika senjata itu dilucuti oleh FIFA karena ulah segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab, maka yang rugi adalah para pemain yang berjuang di lapangan. “Bayangkan kita butuh poin penuh, tapi stadion kosong melompong karena hukuman. Itu membunuh semangat,” tegas Safee.
Pentingnya Kontrol Emosi Safee Sali Peringatkan Malaysia
Sebagai pemain yang pernah merumput di liga luar negeri (Indonesia bersama Pelita Jaya), Safee berbagi pengalamannya tentang pentingnya kontrol emosi. Ia mengakui bahwa tensi pertandingan internasional memang panas, apalagi saat melawan rival abadi. Namun, di situlah letak perbedaan antara pemain amatir dan pemain profesional kelas dunia.
“Provokasi itu makanan sehari-hari. Kalau kita meladeninya dengan kekerasan atau tindakan tidak terpuji, kita kalah sebelum peluit akhir,” pesannya kepada skuad Harimau Malaya saat ini. Ia meminta para pemain senior di tim untuk mengambil peran lebih besar dalam menenangkan rekan-rekannya saat situasi memanas. Jangan sampai kartu merah konyol atau protes berlebihan kepada wasit justru mengundang sanksi tambahan yang memberatkan langkah tim di kualifikasi turnamen besar. (berita olahraga)
Tanggung Jawab FAM dan Edukasi Suporter
Kritik Safee tidak hanya berhenti pada pemain. Ia juga menyentil peran Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM). Menurutnya, FAM harus lebih proaktif dalam memberikan edukasi, bukan hanya reaktif membayar denda.
Safee menyarankan agar FAM membuat kampanye disiplin yang lebih agresif, melibatkan kelompok suporter (Ultras) untuk duduk bersama dan menyepakati kode etik dukungan. Hukuman FIFA adalah bukti bahwa ada sistem pengawasan yang gagal. “Jangan sampai uang yang seharusnya bisa dipakai untuk pembinaan usia dini, malah habis dipakai untuk membayar denda ke FIFA. Itu pemborosan yang menyakitkan,” tambah top skor Piala AFF 2010 tersebut.
Refleksi di Tengah Kebangkitan Rival
Peringatan Safee Sali ini menjadi semakin relevan jika melihat peta persaingan ASEAN saat ini. Ketika negara tetangga seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam sedang sibuk meningkatkan kualitas permainan dan menembus level Asia dengan citra positif, Malaysia justru tersandung masalah disiplin.
Safee khawatir jika masalah non-teknis ini terus berulang, Malaysia akan tertinggal jauh. Investor dan sponsor global enggan masuk ke ekosistem sepak bola yang penuh dengan kontroversi negatif. Citra buruk ini akan menghambat kemajuan liga domestik dan tim nasional jangka panjang.
Kesimpulan Safee Sali Peringatkan Malaysia
Pesan Safee Sali sangat jelas: Hukuman tambahan FIFA ini harus menjadi titik balik terakhir. Tidak ada lagi toleransi untuk perilaku yang mencederai sportivitas.
Bagi skuad Harimau Malaya, peringatan dari sang legenda adalah lecutan motivasi untuk berbenah. Menjadi juara bukan hanya soal mengangkat piala, tetapi juga soal memenangkan hati orang dengan perilaku terpuji. “Jangan Diulangi!” adalah mantra yang harus tertanam di benak setiap pemain dan suporter Malaysia mulai hari ini. Sepak bola Malaysia harus naik kelas, tidak hanya dalam skill, tapi juga dalam attitude.




